Ketaatan kepada guru adalah kunci kesuksesan tholabul ilmi. Dengan melakukan itu, kita bukan hanya akan beroleh ilmu manfaat, tetapi juga keberkahan dan keikhlasannya yang menjadi sebab diri kita “terberkahi” dan pantas untuk menjadi penerus ilmunya di masa yang akan datang. Ketaatan itu mutlak dilakukan, selama tidak melanggar syari’at dan tidak mengandung hal-hal yang menjerumuskan diri ke dalam maksiat. Itu yang pernah diajarkan guru-guru saya dulu, dan alhamdulillah dengan istiqamah saya berusaha jalani, hingga Allah swt bukakan tabir-tabir rahasia, janji, dan rezeki-Nya “min haytsu la yahtasib“.
Anehnya, saat ini begitu banyak murid tak mau lagi mendengarkan gurunya. Begitu mudah mereka melawan arah, melanggar tatakrama, bahkan tidak sudi menghargai gurunya. Padahal Sayyidina ‘Ali KW sendiri pernah menyatakan, beliau siap menjadi “budak” bagi siapapun yang mengajarinya meski hanya “1” huruf. Terkesan berlebihan, tetapi jika direnungkan dalam-dalam, hal itu sangat wajar dipersembahkan kepada seseorang yang telah berkontribusi mencetak kita menjadi seperti sekarang ini.
Ya, zaman sudah berubah. Sekarang ini sudah menjadi zaman kebebasan, bahkan bebas melakukan apapun meski melanggar norma-norma moral dan kesopanan. Aturan-aturan tak tertulis seperti di atas seakan sudah menjadi barang yang lapuk, kuno, bahkan pantas ditertawakan.