Orang Mati yang Hidup dan Orang Hidup yang Mati

Tag

, , , ,

Berkata Ibn Sayyid al-Bathliyusy Al-Andalusy (1052-1127 M):

أخو العلم حي خالد بعد موته # وأوصاله تحت التراب رميم
وذو الجهل ميت وهو ماش على الثرى # يظن من الأحياء وهو عديم

“Orang-orang berilmu akan tetap hidup dan abadi setelah wafatnya, meski tubuhnya telah berkalang debu menjadi serpihan tak berarti; Sementara orang yang bodoh tak ubahnya bangkai yang berjalan di atas tanah, ia dianggap hidup padahal ia telah mati”.

Begitu dahsyatnya ilmu sehingga pemiliknya akan tetap “abadi”, karena ilmunya akan terus bermanfaat dan dimanfaatkan oleh umat setelahnya. Namanya akan terus dikenang, kiprah perjuangannya akan terus dilanjutkan, dan semangatnya dalam al-hats ‘ala al-khair (mendorong pada perbuatan baik) akan menular dari generasi ke generasi, dari masa ke masa.

Tidak demikian halnya dengan orang yang tak berilmu, ia ada namun tiada, ia bersama namun tak berguna, ia menjadi ‘sampah’ di tengah-tengah masyarakat, tak ada kebaikan yang bisa diambil darinya. Keberadaannya justru menjadi kegusaran masyarakat, sepak terjangnya seringkali membawa bencana baik itu bencana jasmaniah maupun ruhaniyah.

Orang tak berilmu bukan hanya orang-orang yang tidak pernah belajar, ‘ngaji’, sekolah dan ‘nyantren’. Tapi orang yang tak berilmu juga termasuk orang yang tak mau mendengar nasehat, tak menghargai ulama, tak punya sopan-santun kepada yang lebih tua, merasa dirinya paling pandai, merasa pendapatnya paling benar, merasa ilmunya paling hebat, dan suka berbuat onar di tengah masyarakat. Orang-orang seperti ini bukan hanya rusak secara individu, tapi juga berpotensi kuat merusak masyarakat. Pantaslah jika mereka dilabeli orang yang ‘mati’ sebelum kematiannya yang hakiki. Mati jasmani tidak lebih berbahaya ketimbang mati nurani, karena mati jasmani sudah menjadi ketentuan Allah Rabbul ‘Izzah sedangkan mati nurani berakibat tak mendapat cahaya hidayah dari Allah. Saat hidup ia akan menjadi fitnah dan saat mati ia akan menjadi orang yang hina di mata manusia maupun di sisi Allah swt. Na’udzu billahi min dzalik..

[ID] ~ di timur Bekasi, Bumi Allah.

Kesejatian Orang yang Mulia

Tag

, , , ,

Salah satu syair hikmah yang patut jadi pelajaran:

قال أبو تمام :
كريم متى أمدحه أمدحه والورى # معي وإذا ما لمته لمته وحدي

Berkata Abu Tamam:
“Orang yang mulia, ketika aku memujinya maka orang-orang lainpun ikut memuji; namun ketika aku mencacinya, (ternyata) aku hanya mencacinya seorang diri.”

Hikmah syair:
Orang yang baik akan dicintai oleh banyak orang. Ia punya banyak sahabat yang akan selalu mendukungnya dalam kondisi suka dan duka. Jika ada orang yang membenci tak akan berpengaruh padanya, karena sebenarnya mereka adalah segolongan kecil yang tak berarti apa-apa.

Beruntunglah wahai orang-orang baik yang shaleh, mulia di hadapan Allah swt. dan mulia di kalangan manusia. Kemuliaan sejati tak akan mampu diperoleh tanpa perjuangan dan pengorbanan hakiki. Semoga kita termasuk golongan mereka yang dirahmati dan dicintai Sang Ilahi. Amin.

Panutan Sejati

Tag

, , , ,

Allah..
Di manakah kini panutan sejati?

Yang tua tak lagi mampu bersuara.
Bungkam, parau, nasehat mereka tak banyak lagi yang percaya.
Bahkan, begitu banyak mereka
yang telah memadu kasih dengan-Mu di bawah pusara.

Yang muda terlalu mudah berkata.
Dengan ilmu apa adanya mereka berfatwa,
tak peduli itu dusta,
atau hanya kira-kira,
sekadar menutupi bahwa mereka tak pantas ditanya.

Allah..
Ummat-Mu kian terserak,
bagai serpihan buih di pusaran ombak,
serasa dekat nyatanya berjarak,
tak pula jauh karena kami masih berarak,
kami hanya tak punya nahkoda piawai di geladak.

Kami sering merasa benar, dan merekapun sama.
Kebenaran selalu jadi rebutan wasangka tanpa makna.
Padahal, Engkau ciptakan kami berbeda,
agar kami mampu meraih rahmat dan cinta,
yang Engkau tebarkan agar kami bahagia,
mudah dan selesa menjalani syariat agama.

Allah..
Ampuni kami yang selalu merasa hebat,
minim ilmu dan amal serta banyak maksiat,
seringkali menghujat para ulama bermartabat,
seakan kami paling mengerti akhirat,
seakan syurga warisan yang mudah kami dapat,
padahal hati masih berlumur noda pekat.

Allah..
Jangan jadikan kami orang-orang terlaknat,
terbuai nafsu dan kepentingan sesaat,
di dunia kami dianggap hebat,
namun cambuk-cambuk api-Mu siap menghujam di akhirat,
kepada-Mu kami bermunajat,
sebelum mata terkatup rekat,
sebelum mulut terbungkam lekat,
berikan kami lentera mahabbat,
selaksa sejati awan-awan rahmat,
dan tetesan embun magfirah yang takkan lagi tertambat.

Allah..
Berikan kami ridha-Mu..
Sampaikan salam kami kepada Nabi-Mu..
dan masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang mencintai-Mu,
menaati-Mu, dan mengejawantahkan seluruh kebaikan dan keagungan-Mu..

Pecundang Sejati

Tag

, , ,

Sikap pecundang sejati: senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang. Dalam ungkapan lebih panjang, ia merasa bahagia jika melihat orang lain tertimpa musibah, bencana, fitnah, dan hal-hal yang tidak diharapkan; sebaliknya ia akan merasa sangat dongkol penuh kebencian jika melihat orang lain mendapat rezeki, keberuntungan, kebahagiaan, dan hal-hal yang disukai. Kalau perlu, ia akan ‘nyumpahin’ habis-habisan agar kebaikan-kebaikan itu segera berakhir dari orang yang memperolehnya, meski dirinya sendiri belum tentu mampu merebutnya.

Saudaraku, itu namanya sifat dengki, salah satu bentuk penyakit kronis di hati manusia-manusia yang ‘kotor’. Jika kita merasa masih memilikinya, maka segeralah berusaha membuangnya jauh-jauh, agar kita tak termasuk manusia yang ‘kotor’, bahkan hina-dina di hadapan Allah swt. dan segenap makhluk-Nya. Jika kita telah terlindungi, maka bersyukurlah pada Allah swt, mohonlah proteksi sempurna dari-Nya agar tak goyah lagi apapun kondisinya. Semoga kita semua diberkahi, dengan naungan cinta, kasih sayang dan ampunan-Nya. Amiin.

الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب

“Dengki itu akan ‘menggerogoti’ kebaikan-kebaikan (pemiliknya), seperti halnya api yang ‘membinasakan’ kayu bakar.” (Hadits)

Wahai Sebaik-baik Makhluk II

Tag

, ,

ما مد لخير الخلق يدا # أحد إلا وبه سعدا
فلذاك مددت إليه يدي # وبذالك كنت من السعدا

Tak ada seorangpun yang mengulurkan tangannya kepada sebaik-baik makhluk, kecuali ia akan beroleh kebahagiaan..

Karena itu, kuulurkan tanganku kepadanya (seraya berharap keberkahan), dan sebab itu aku termasuk orang-orang yang bahagia..

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا وحبيبنا وشفيعنا ومولانا محمد وعلى آله وصحبه وجنوده ومن اقتدى بقدوته واهتدى بهديه إلى يوم القيامة ..

Wahai Sebaik-baik Makhluk

Tag

, ,

Wahai para pecinta Rasulullah saw, mari syiarkan shalawat dan salam untuk baginda yang mulia..

يا خير مولود بمكة قد أتى # ذلت لهيبته جميع خصومه
يا خير مولود يا نبينا
ضاءت به كل العوالم جهرة # والكون اصبح مشرقا بقدومه
يا خير مولود يا نبينا
هذا الحبيب المصطفى طه الذي # كل العوالم قد بدت من نوره
يا خير مولود يا نبينا
صلى عليك الله يا خير الورى # واﻵل والأصحاب أزكى صلاته
يا خير مولود يا نبينا

Wahai sebaik-baik bayi yang dilahirkan di kota Mekah telah datang #
Tunduklah semua musuh sebab kharismanya
Wahai sebaik-baik bayi yang dilahirkan, wahai Nabi kami..
Semua alam berkilauan cahaya karena (cahaya)nya #
dan dunia menjadi indah cemerlang karena kehadirannya
Wahai sebaik-baik bayi yang dilahirkan, wahai Nabi kami..
Ini adalah kekasih terpilih sang “Thaha” yang #
seluruh alam tercipta dari cahayanya
Wahai sebaik-baik bayi yang dilahirkan, wahai Nabi kami..
Allah memberi penghormatan padamu wahai sebaik-baik manusia #
dan pada seluruh keluarga serta para sahabat dengan penghormatan yang tak terhingga
Wahai sebaik-baik bayi yang dilahirkan, wahai Nabi kami..

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه عدد كمال الله وكما يليق بكماله واجزه عنا ما هو أهله

Ikut Ulama = Ikut Al-Qur’an dan Sunnah

Tag

, , , ,

Hari gini masih ada aja orang yang nanya, “Mana yang benar, ikut Al-Qur’an dan Sunnah apa ikut ulama?”

Pertanyaan yang sangat tendensius dan provokatif, seakan-akan memposisikan ulama bukanlah orang yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah.

Kalau dijawab, akan membuka ruang perdebatan yg panjang. Akan lebih baik jika kita buat pertanyaan balik, “Jika anda sakit, lalu dibawakan daun-daunan dan bahan-bahan mentah untuk diracik jadi obat, apakah anda pilih meracik sendiri atau anda tinggal datang ke dokter untuk mendapatkan resep obat yang tepat?”

Jika paham dalam peracikan obat (karena punya ilmunya), maka mungkin akan dipilih meracik sendiri. Tetapi jika tidak menguasai ilmunya atau sekadar untuk mempermudah, akan lebih baik melakukan konsultasi ke dokter. Orang awam yang meracik obat sendiri dikhawatirkan bisa salah dosis, atau justru menjadi racun yang membahayakan dirinya.

Begitupun halnya dengan agama. Jika memang menguasai ilmu-ilmu terkait Al-Qur’an dan Sunnah, terutama ilmu bahasa Arab (awas! bukan terjemahannya!) tidak salah jika kita merujuk langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah, dengan catatan tidak mengabaikan komentar dan tafsiran orang-orang yang lebih ahli.

Jika tidak menguasai ilmunya (cuma pinter ngaji lewat google, atau sekadar baca terjemahan-terjemahan), maka jangan sok tahu. Anda TIDAK SALAH mengikuti pendapat dan tuntunan para ulama yang mu’tabar (diakui secara ijma’ kesalehan dan keluasan ilmunya).

Jadi, jangan pertanyakan mana yang lebih benar antara keduanya, karena keduanya benar. Pertanyakanlah kapasitas diri sendiri, sudah mampukah menjadi golongan pertama, atau masih harus ikut golongan kedua?

Janganlah kita mendustakan Hadits Nabi saw.:

العلماء ورثة الأنبياء

“Ulama adalah pewaris para nabi”.

Mengikuti pewaris nabi sama halnya kita mengikuti nabi. Jika sudah mengikuti nabi, kenapa masih ragu, apakah sudah ikut Al-Qur’an dan Sunnah?

Jika belum mampu jadi ulama, alangkah baiknya jika mampu mengikuti tuntunan, menghargai, dan mencintai mereka. Jangan jadi orang yang kelima, engkau akan hancur!

Mungkin akan ada yang mengatakan, keterangan di atas adalah qiyas ma’al fariq, tidak layak Al-Qur’an dan Sunnah diqiyaskan dengan obat. Saya juga tidak mengatakan itu qiyas yang tepat, saya hanya berpijak pada substansinya. Obat adalah penawar penyakit jasmani, sementara Al-Qur’an dan Sunnah adalah penawar penyakit rohani (bahkan juga bisa untuk penyakit jasmani).

Penyakit jasmani tidak lebih berbahaya daripada penyakit rohani. Apalagi jika sudah menggerogoti akidah, menebar fitnah, dan menabur kesesatan pada orang lain. Jadi, sebelum terlambat, sadarilah kapasitas diri kita masing-masing.

Secara pribadi, saya masih ikut para ulama–yang saya yakin mereka berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Saya merasa nyaman dengan bimbingan mereka. Perkara anda mau menghakimi saya salah, itu hak anda. Tiada hakim yang lebih adil kecuali Allah swt. Mari nanti kita diskusikan lebih lanjut di hadapan-Nya… Wallahu a’lam. [ID]

Taklukkan Kesombonganmu

Tag

, , ,

Sahabat,

Begitu cerdas orang yang berilmu, tetapi tidak menganggap bodoh orang lain;
Begitu mulia orang yang berharta, tetapi tidak menganggap lemah orang lain;
Begitu hebat orang yang berpangkat, tetapi tidak menganggap rendah orang lain;
Begitu bijaksana orang yang berumur, tetapi tidak menganggap kecil orang lain;
Begitu luar biasa orang yang dihormati, tetapi masih pandai menghormati orang lain;

Tiada di antara kita yang sempurna. Semua kekurangan kita justru akan disempurnakan oleh orang lain. Kita berasal dari tanah yang terinjak, pada akhirnya kita akan dikembalikan menjadi tanah itu.

Semua yang kita miliki saat ini tidaklah berarti jika semua menjadikan kita lupa diri, buta mata hati, dan terjebak di dalam perangkap kesombongan.

Manusia akan dikenang karena amal baik dan budi pekerti yang luhur, mampu menjaga sikap, ucapan, dan perilaku. Manusia tidak akan pernah dikenang karena ilmu yang membuatnya angkuh, harta yang membuatnya rakus, pangkat yang membuatnya licik dan gila hormat, usia yang membuatnya hanya juara dalam jumlah uban, atau kehormatan palsu yang akan sirna tatkala jasadnya masuk ke liang lahat.

Sahabat, jadi mengapa kita masih saja sombong? mengapa kita masih saja merasa lebih hebat dari orang lain? tidak sadarkah kita, nanti pada saatnya segala perasaan itu akan menjadi saksi di hadapan Allah swt.? Na’udzu billah..

Semoga kita masih diberi kesempatan bertaubat dan semoga kita selalu diberi kekuatan untuk menaklukkan kesombongan diri sendiri. Amin..

Cinta Sejati

Tag

, ,

Sakit karena cinta pada makhluk sering mengundang rasa frustasi dan putus asa, namun sakit karena cinta pada Allah justru akan menghadirkan ketenangan dan harapan tanpa batas. Memadu kasih bersama Allah takkan pernah merasa kecewa, tersakiti, dan terzalimi, karena cinta hakiki dan sejati hanya milik-Nya. Bias-bias cinta yang ditebarkan pada makhluk-Nya hanya hamparan kerikil tak berarti, bagai sebutir debu di sahara tak bertepi.

Kucintai Engkau karena hasrat cinta yang menggebu di hati, dan karena hanya Engkau yang pantas dicinta. Benamkanlah aku dalam lautan cinta-Mu, agar tunai dahaga ini dan tak lagi butuh cawan-cawan cinta dari selain-Mu. Allah.. Allah.. Allah..

Sahabat

Tag

, , , ,

Sahabat,
Kala kita bersama,
Kau hanyalah pelengkap senja
Seribu satu cerita
berbalut suka dan duka,
terkesan biasa,
tiada yang istimewa

Petuahmu tak kudengar
Pintamu tak kuiba
Pedihmu tak kurasa
Kubersendiri bak satria perkasa

Tak jarang kumemaki,
menyakiti,
melukai
hatimu yang suci

Kini, ketika kau pergi,
baru kusadari
Kau begitu berarti
Hanya aku terlalu bodoh untuk mengerti
Kasihmu tulus sejati

Kau benamkan aku dalam sepi,
sunyi,
tiada lagi teman berbagi hati dan mimpi

Kurindu senyummu,
pelipur lara penghangat kalbu
Kurindu candamu,
penyegar indahnya hari-hariku
Kurindu hadirmu,
menemani langkahku tanpa ragu

Sahabat,
Kau takkan pernah terganti.